Friday, January 13, 2006

Ibundaku Tercinta

Masih teringat saat kecil dulu ibuku adalah orang yang paling gigih berjuang demi kemajuan anaknya. Terlahir dari keluarga yang kurang harmonis bukanlah pilihan, namun siapa yang bisa memilih dari rahim siapa kita dilahirkan kedunia? Karena kelahiran adalah kehendak Allah swt.

Apapun kejadian dalam hidup adalah nikmat dari Allah swt, meski kadang kita tidak menyadari bahwa itu adalah sebuah nikmat. Terkadang kita baru menyadari bahwa ianya adalah nikmat setelah sekian tahun kejadian tersebut telah berlalu. Kita harus selalu ingat bahwa Allah sendiri yang mengatakan: La yukallifullahu nafsan illa wus'aha (kurang lebih: tiada dibebankan kepada seseorang kecuali apa yang sanggup ditanggungnya). Pengertiannya kira-kira adalah, apapun yang dibebankan ke kita, pastilah Allah sudah mengukurnya. Apabila kita dikasih cobaan yang berat, artinya Allah menganggap kita mampu, dan ini adalah suatu kehormatan. Maka apapun keadaannya, terimalah. Ingat, dibalik kesusahan ada kebahagiaan, selalu seperti itu.

Alkisah ibundaku yang bukan keluarga mampu, ingin menyekolahkan aku sampai setinggi-tingginya. Banyak kejadian yang tak akan pernah kulupakan. Misalnya, ibu mau mengumpulkan daun-daun pisang untuk dijual ke pasar. Daun pisang di kampungku mudah dijual karena pembuat tempe banyak yang membutuhkan untuk dijadikan bungkus tempe. Suatu hari yang lain, ibu menjual pohon kelapa yang sudah mati untuk ditebang dan diambil sebagai kayu bakar oleh pembelinya. Ibu juga mau berjualan pisang dan apapun agar aku tetap sekolah.

Suatu hari, aku mau berangkat sekolah. Celana aku belum kering abis dicuci, ibu dengan sigap segera mengeringkan celanaku. Karena tidak ada setrikaan, maka celana dikeringkan di atas tungku. Entah karena apa, tanpa sadar api membakar celanaku, sehingga jadi bolong. Akhirnya aku gak masuk sekolah, dan merengek minta dibeliin celana baru. Ibuku yang baik, tentu segera membeli bahan dan membawa ke tukang jahit untuk celana baruku.

Oh ibu, kasih sayangmu, perjuanganmu semuanya aku ingat. Maafkan ananda jika belum bisa memberikan balasan untuk semua yang telah ibu berikan. Do'akan ananda cepat sukses agar bisa membahagiakan ibu.

Perjalanan panjang yang berbumbu kesengsaraan, membuatku cepat matang karena terpaksa. Ini membuatku menjadi lebih dewasa, lebih bijak memilih yang baik dan buruk untukku, yang pada akhirnya mengantarkan aku menjadi Purwoko Widodo. Sekarang, aku benar2 bersyukur telah berhasil menjalani kehidupan yang penuh tantangan. Terima kasih ibu, terima kasih ya Allah.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home